Senin, 21 Oktober 2024

Kuliner Khas Banten


 KULINER KHAS BANTEN


Latar belakang

Wisata kuliner adalah suatu kegiatan yang memanfaatkan makanan khas sebagai ialah satu objek tujuan wisata. Wisata kuliner juga menjadi salah satu agenda penting bagi wisatawan setiap berkunjung ke setiap daerah wisata. Kuliner khas daerah yang berbeda menjadi daya tarik terhadap wisatawan. Makan dan minum merupakan kegiatan primer manusia, yang tidak dapat dilepaskan dari kegiatan apapun. Makanan khas adalah makanan yang memiliki citarasa tersendiri dan tidak ada di tempat lain. Makanan khas sudah menjadi identitas suatu daerah sejak dahulu, karena dapat mencerminkan kentalnya budaya yang terkandung dan keunikan didalamnya dari proses pembuatan sampai penyajiannya sehingga mampu menarik perhatian wisatawan.

Fenomena yang terjadi pada makanan khas adalah keberadaan makanan tradisional dibeberapa daerah terancam punah akibat makin sulitnya masyarakat mendapatkan makanan khas tersebut. Hal itu juga membuat nama kuliner khas daerah tertentu juga belum banyak dikenal. Akibatnya banyak masyarakat di satu daerah belum tentu mengenal makanan khas di daerah lainnya. Sebuah kasus lain yang terjadi dalam dunia kuliner adalah kuliner asli Indonesia yang diklaim negara lain sebagai makanan khas mereka. Hal itu membuat banyak lembaga diantaranya Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesian dan Akademi Kuliner Indonesia dari kasus tersebut terlihat kurangnya upaya masyarakat dalam menjaga dan mempopulerkan kuliner khas daerahnya sendiri. Banten memiliki adat istiadat, bahasa dan budayanya tersendiri sehingga menjadi ciri khas daerah yang menarik wisatawan, salah satunya adalah makanan Khas Banten. Makanan Banten tentunya beranekaragam mulai dari makanan ringan sampai makanan utama.


•Makanan Khas Banten

Dikutip dari laman resmi Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi Banten, berikut 10 rekomendasi makanan khas yang wajib kamu cobain saat berkunjung ke Tanah Jawara ini:

1. Sate Bandeng

Jika biasanya ikan bandeng dimasak dalam bentuk yang masih utuh, kali ini olahan ikan bandeng berbentuk sate lilit khas Bali lho. Sejarahnya, sate bandeng menjadi makanan sultan dan sudah ada sejak tahun 1552.

Dalam prosesnya, daging ikan bandeng akan dipisahkan dari durinya lalu dibentuk bulat. Setelah dibumbui, kemudian dibakar hingga matang. Memiliki cita rasa yang unik dan nikmat dapat membuat kamu ketagihan dengan makanan khas satu ini.


2. Rabeg

Konon, makanan satu ini terinspirasi dari makanan khas Arab. Namanya sendiri terinspirasi dari kota di Arab yang pernah disinggahi oleh Sultan Banten, yaitu Sultan maulana yakni Kota Rabigh.

Rabeg sendiri mirip dengan semur atau tengkleng. Terbuat dari daging sapi atau kambing yang dibumbui dengan bawang merah, bawang putih, lada, biji pala, kayu manis, jahe, lengkuas, dan juga kecap, lalu diberi kuah.


3. Sambal Buroq

Sambal buroq merupakan salah satu sambal khas dari Provinsi Banten. Terbilang beda dari sambal yang lainnya, sambal ini terbuat dari cabai yang dicampur dengan kulit melinjo atau kulit buah tangkil yang sudah tua dan merah.

Menciptakan cita rasa sambal yang lezat dan gurih membuat ia menjadi sambal yang wajib dihidangkan untuk melengkapi lauk lainnya.


4. Ketan Bintul

Ketan Bintul adalah salah satu makanan yang memperkaya kebudayaan kuliner Banten dan menjadi bagian penting dari warisan kuliner tradisional daerah tersebut.Ketan Bintul biasanya disajikan sebagai hidangan penutup atau camilan tradisional.

Rasanya yang manis dan kenyal membuatnya menjadi favorit di kalangan penduduk setempat. Makanan ini sering ditemukan dalam acara-acara khusus, seperti perayaan tradisional atau pernikahan adat di Banten.


5. Gerem Asem

Sama dengan ketan bintul, gerem asem juga biasa ditemukan acara-acara khusus seperti perayaan adat maupun pernikahan. Gerem Asem merupakan masakan berkuah yang menggunakan bahan utama ikan sebagai bahan proteinnya.

Rasa khas Gerem Asem berasal dari campuran asam dan manis dengan sedikit rasa asin karena ikan yang digunakan. Gerem Asem sering dihidangkan dengan nasi putih panas dengan irisan tomat, bawang merah dan daun kemangi.


6. Sate Bebek

Seperti namanya, hidangan ini menggunakan daging bebek sebagai bahan utamanya. Sate Bebek biasanya disajikan dengan pelengkap seperti nasi putih, lontong atau ketupat, serta bumbu kacang atau sambal khas Banten.

Uniknya, sebelum di bakar, daging bebek direndam dan dibumbui selama kurang lebih satu hari. Sebab itu, hidangan yang satu ini memiliki cita rasa yang gurih dan lezat dengan aroma rempah yang kaya.


7. Angeun Lada

Sesuai dengan namanya, angeun lada berarti sayur pedas. Isi dari makanan satu ini adalah sayuran dan juga jeroan sapi. Baik itu jantung, ransel, usus, hati, limpa atau yang lainnya.

Sedangkan bahannya adalah daun ikan paus dengan aroma tajam, kencuria, bawang merah, kemiri, terasi dan lain-lain. Sebab inilah, cita rasa angeun lada benar benar pedas.

Tidak hanya itu, yang menjadi khas dari angeun lada adalah diolah dengan daun walang. Sehingga sayur ini memiliki aroma berbau walang sangit. Namun jangan khawatir, daun walang ini menciptakan cita rasa khas dan segar.


8. Sayur Besan

Dari namanya, sayuran ini memiliki arti sayur yang diberikan kepada besan atau orang tua calon pengantin dalam keluarga Betawi. Makanan ini biasanya dapat kamu temukan pada prosesi pernikahan adat Betawi.

Hidangan ini cukup unik sebab memakai bahan yang kini cukup sulit ditemukan, yakni terubuk. Sayur ini diolah menggunakan kunyit sehingga warnanya menjadi kuning. Pelengkapnya bisa berupa daging sapi, bihun, kentang, hingga petai dan biasanya ditemani dengan nasi.


9. Kue Pasung

Kue Pasung adalah salah satu kue khas Provinsi Banten. terbuat dari campuran tepung ketan, gula merah, kelapa parut, dan santan menciptakan cita rasa yang gurih dan manis dengan aroma kelapa yang khas.

Mirip seperti kue pasung yang ada di Bali yang dibalut oleh bambu, di Banten kue ini dibalut oleh daun pisang dan berbentuk corong es krim.


10. Pecak Bandeng

Bagi kamu pecinta seafood, kamu wajib cobain makanan khas satu ini. Olahan ikan bandeng yang dimarinasi dengan bumbu lalu digoreng hingga renyah. Kamu dapat tenang saat memakannya karena ikan ini bebas dari duri lho.


Kesimpulan 

Tujuan kuliner untuk mewariskan budaya dari generasi ke generasi. Di mana dari nenek moyang, berbagai olahan makanan atau menu telah diciptakan dan dikembangkan dari masa ke masa. Hingga makanan ini masih bertahan dan menjadi warisan bangsa yang perlu dilestarikan.

Berikutnya untuk membantu meningkatkan sektor ekonomi kreatif. Di mana industri kuliner dengan beragam bisnis kuliner yang dilakukan masyarakat, mampu menyumbangkan presentasi besar dalam pertumbuhan dan perkembangan ekonomi suatu negara. Bukan hanya itu, bisnis kuliner juga berkontribusi pada peningkatan pariwisata suatu negara, kuliner juga termasuk suatu upaya mengenalkan kekayaan negara ke dunia. Di mana setiap negara tentu memiliki makanan khas yang unik dan menarik. Bukan hanya itu, cita rasa dari makanan khas setiap negara juga memiliki nilai seni yang tinggi. Dengan ciri khas inilah, suatu negara dapat mengenalkan warisan budayanya ke dunia internasional.


Nama Anggota :

-Marsya Aulia

-Melisa Rahmadani

-Siti Nurhasanah

-Tasya Novia Ristiana







Senin, 14 Oktober 2024

Kesultanan Banten

 Kesultanan Banten

 
Kesultanan Banten (bahasa Sunda: Kasultanan Banten) dikenal di dunia barat sebagai Bantam adalah sebuah kerajaan Islam, pernah berdiri di wilayah Banten, DKI Jakarta, sebagian Jawa Barat dan Lampung, Indonesia. Kesultanan ini berawal sekitar tahun 1526, ketika Kesultanan Cirebon dan Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat laut Pulau Jawa, dengan menaklukkan beberapa kawasan pelabuhan kemudian menjadikannya sebagai pangkalan militer serta kawasan perdagangan sebagai antisipasi dari terwujudnya perjanjian antara Kerajaan Sunda dan Portugis di tahun 1522 M.

Maulana Hasanuddin, menantu dari Sunan Gunung Jati[7] berperan dalam penaklukan tersebut khususnya di daerah Teluk Banten. Setelah penaklukan tersebut, Maulana Hasanuddin mulai mengembangkan benteng pertahanan yang dinamakan Surosowan (dibangun 1552 M)[8], saat ini terletak di Banten Lama. Surosowan berkembang menjadi kawasan kota pesisir yang kemudian hari menjadi pusat pemerintahan setelah Banten menjadi kesultanan yang berdiri sendiri.

Kesultanan Banten pernah menjadi pusat perdagangan besar dan penting di Asia Tenggara, dengan barang ekspor unggulan terutama lada. Kesultanan ini mencapai puncak kejayaannya di akhir abad ke-16 sampai ke pertengahan abad ke-17. Pada akhir abad ke-17 kesultanan ini mulai dibayangi oleh VOC di Batavia, serta akhirnya dianeksasi ke Hindia Belanda pada tahun 1813. Wilayah intinya saat ini membentuk provinsi Banten. Saat ini di Banten Lama terutama Masjid Agung Banten menjadi tujuan penting bagi wisatawan dan peziarah dari seluruh Indonesia dan dari luar negeri.

Selama hampir 3 abad Kesultanan Banten mampu bertahan bahkan mencapai kejayaan yang luar biasa, namun di waktu yang bersamaan penjajah dari Eropa telah berdatangan dan menanamkan pengaruhnya. Perang saudara dan persaingan memperebutkan sumber daya maupun perdagangan dengan kekuatan global, serta ketergantungan akan persenjataan telah melemahkan hegemoni Kesultanan Banten atas wilayahnya. Kekuatan politik Kesultanan Banten akhir runtuh pada tahun 1813 setelah sebelumnya Istana Surosowan sebagai simbol kekuasaan di Kota Intan dihancurkan, dan di masa-masa akhir pemerintahannya, para Sultan Banten tidak lebih dari raja bawahan dari pemerintahan kolonial di Hindia Belanda.

Awal Mula dan Masa Kejayaan

Kesultanan Banten didirikan oleh Maulana Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati, pada tahun 1526. Berkat dukungan para ulama dan rakyat, Banten berkembang pesat menjadi kerajaan maritim yang makmur.

Pada masa Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1683), Banten mencapai puncak kejayaannya. Kerajaan ini menjalin hubungan perdagangan dengan berbagai negara di Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Eropa. Banten juga menjadi pusat penyebaran Islam di Pulau Jawa.

Meskipun kuat, Kesultanan Banten harus menghadapi perlawanan dari VOC, kongsi dagang Belanda yang ingin menguasai perdagangan di Nusantara. Pertempuran sengit terjadi antara Banten dan VOC, dengan Sultan Ageng Tirtayasa memimpin perlawanan.

Peninggallan kerajaan banten

Peninggalan Kerajaan Banten merupakan bukti kejayaan dan keberlanjutan peradaban yang perlu diapresiasi. Beberapa peninggalan yang masih dapat ditemukan hingga kini antara lain adalah:

Masjid Agung Banten
Masjid ini merupakan peninggalan Kerajaan Banten yang juga dijadikan sebagai simbol kejayaan Kerajaan Banten. Masjid ini memiliki komplek dengan luas tanah sekitar 1,3 hektar dan dikelilingi pagar tembok setinggi satu meter .

Keraton Surosowan
Keraton ini terletak di Desa Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang. Bangunan ini merupakan simbol kebesaran dan kekayaan Kerajaan Banten .
Benteng Speelwijk: Benteng ini merupakan bukti penjagaan Kerajaan Banten atas serangan laut sekaligus digunakan untuk memantau aktivitas pelayaran .

Vihara Avalokitesvara
Vihara ini menjadi bukti akan keterbukaan Kerajaan Banten dengan seluruh agama, di mana pada dinding Vihara terdapat relief legenda siluman ular putih.

Danau Tasikardi 
Danau ini adalah danau buatan pada masa pemerintahan Sultan Maulana Yusuf dengan lapisan batu bara dan keramik.

Raja-raja Kerajaan Banten

-Sultan Maulana Hasanuddin atau Pangeran Sabakingkin (1552-1570).

-Sultan Maulana Yusuf atau Pangeran Pasareyan (1570-1585).

-Sultan Maulana Muhammad atau Pangeran Sedangrana (1585-1596).

-Pangeran Ratu (1596-1647).

-Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad (1647-1651).

-Sultan Ageng Tirtayasa atau Sultan Abu al-Fath Abdul Fattah (1651-1682).

-Sultan Haji atau Sultan Abu Nashar Abdul Qahar (1683-1687).

-Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya (1687-1690).

-Sultan Abul Mahasin Muhammad Zainul Abidin (1690-1733).

-Sultan Abul Fathi Muhammad Syifa Zainul Arifin (1733-1747).

-Ratu Syarifah Fatimah (1747-1750).

-Sultan Arif Zainul Asyiqin al-Qadiri (1753-1773).

-Sultan Abul Mafakhir Muhammad Aliuddin (1773-1799).

-Sultan Abul Fath Muhammad Muhyiddin Zainussalihin (1799-1803).

-Sultan Abul Nashar Muhammad Ishaq Zainulmutaqin (1803-1808).

-Sultan Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin (1809-1813).